IMPLIKATUR POLITIS PADA WACANA HOAKS VIRUS CORONA-19 DI MEDIA SOSIAL

Abstract

Hoaks mengandung makna „berita bohong‟, „berita palsu‟, atau „berita yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan‟. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implikatur politis. Data penelitian ini adalah wacana hoaks Virus Corona-19 di media sosial yang diduga mengandung implikatur politis. Adapun sumber data penelitian ini berasal dari sumber daring kominfo.go.id yang telah dipilih dan dipilah dan kontennya sudah diklarifikasi mengandung hoaks. Metode penyediaan data digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan tuturan hoaks Virus Corona-19 di media sosial dengan teknik dasar penyadapan dan teknik lanjutan copy paste. Adapun metode analisis digunakan metode deskriptif, interpretatif, dan eksplanatif guna mengungkap implikatur politis yang disampaikan penutur/penulis hoaks. Berdasarkan pada analisis data ditemukan beberapa implikatur politis nonkonvensional yang digunakan penulis hoaks, yakni (a) menciptakan “keresahan atau ketakutan” masyarakat (Bali, Jember, Karimun), (b) “mendeskritkan” konglomerat etnis Cina (Pemilik PT Rokok Sampoerna) dan “meneguhkan stigma negatif negara Cina dan warga nonpribumi (khususnya etnis Cina),” (c) “menertawakan” FPI karena Covid-19 dinyatakan ciptaannya, (d) ”memprovokasi umat non-Islam untuk murtad supaya mendapat berkah di tengah pandemi dan memprovokasi masyarakat Islam untuk murtad supaya selamat dari Covid-19, (e)“menenangkan pendukung Anies Baswedan untuk tidak reaktif dan “memprovokasi polisi” untuk menangkap penyebar Covid-19 dan agen Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina. Dari temuan beberapa implikatur politis di atas dapat disimpulkan bahwa isu sara digunakan untuk memprovokasi masyarakat dengan memanfaatkan pandemi Covid-19. Beberapa hoaks di atas tentu sangat menggangu ketenangan masyarakat dan membebani kinerja Pemerintah Pusat dan Daerah yang harus mengatasi dampak-dampak Covid-19 terutama dampak kesehatan/keselamatan masyarakat dengan cepat dan tepat dan dampak ekonomi nasional. Sebagai saran, hendaklah masyarakat semakin cerdas dalam membedakan berita bohong (hoaks) dan berita yang benar (akurat) dengan cara melakukan cek dan recek terhadap berita yang dibaca dan atau didengar.