FENOMENA-FENOMENA FONETIS DALAM BAHASA INDONESIA DAN RELASI ORTOGRAFISNYA
Keywords:
fenomena fonetis, fonetik, fonologi, grafemik, ortografiAbstract
Dalam makalah ini dibahas fenomena-fenomena fonetis dalam bahasa Indonesia dan relasi ortografis serta dampak fonologisnya dengan tujuan mendeskripsikan apa saja fenomena-fenomena fonetis yang ditemukan dan bagaimana relasi ortografisnya, serta dampak fonologisnya, apakah ada perbedaan makna. Objek penelitian ini adalah tulisan-tulisan berupa kata-kata atau istilah-istilah yang ditemukan pada foto-foto flyer, spanduk-spanduk atau papan-papan reklame yang banyak beredar di internet. Penelitian dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan objek penelitian fenomena-fenomena fonetis dan ortografis. Data dalam bentuk kata-kata atau istilah-istilah yang ditemukan tersebut dikumpulkan dengan metode observasi, dicatat dan diklasifikasikan, lalu dianalisis berdasarkan proses-proses fonetis yang dikemukakan oleh Altmann (2007), Pompino-Marschall (2009), Muslich (2008), serta Hengartner (1993), diteliti relasinya secara ortografis dan dianalisis apakah ada perubahan makna yang disebabkan adanya perubahan fonetis dan ortografis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kata-kata atau istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris memiliki korespondensi dengan simbol ortografis yang lebih mengandalkan tulisan berdasarkan pelafalan pemroduksi kata-kata atau istilah-istilah tersebut dan cenderung banyak dipengaruhi oleh bahasa ibu penuturnya. Berdasarkan analisis dan pembahasan data-data, terdapat temuan penelitian yang menunjukkan bahwa kata-kata atau istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris telah mengalami proses perubahan baik secara fonetis maupun fonologis yang merupakan dampak dari penulisannya secara ortografis. Dari data yang berjumlah 93 dari 50 buah foto terkumpul secara keseluruhan, yang termasuk ke dalam fenomena fonetis anaptiksis (4), diftongisasi (3) – monoftongisasi (3), metatesis (2), netralisasi (final-obstruent devoicing (4) maupun final-obstruent voicing (2)), zeroisasi dalam bentuk kontraksi (2), sinkope (5), dan apokope (penghilangan satu atau beberapa bunyi bahasa) (5), serta perubahan bunyi konsonan [p] [f] (6), [f] [p] (14), [z] [] (1), [c] [] (1), [s] [d] (1), [k] [p] (1), maupun perubahan bunyi vokal [] [u] (2), [a] [] (1), [] [o] (1), dan [i:], [e:] [], [] (1). Selain itu juga ditemukan perubahan proses fonetis lainnya seperti aspirasi (penambahan hembusan nafas) (4) dan geminasi (pemanjangan konsonan) (1). Ditemukan pula kata-kata yang secara keseluruhan dalam penulisannya direpresentasikan secara ortografis sesuai dengan apa yang diucapkan (20). Pada beberapa kasus terdapat kata-kata yang representasi ortografisnya berbeda dengan seharusnya, yang kemudian mengakibatkan adanya perubahan makna kata (12), serta penulisan kata-kata yang dianggap asal tulis saja (6). Banyaknya fenomena seperti ini sebenarnya dapat menunjukkan tingkat pengetahuan serta intelektualitas seseorang pada umumnya. Bagaimana seseorang dapat menuliskan sesuatu dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang seharusnya ditulis, dapat terlihat jelas dari fenomena yang ada. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para peneliti bahasa Indonesia pada khususnya dan dapat dijadikan sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut tidak terbatas pada fenomena fonetis bahasa Indonesia saja, namun pada bahasa-bahasa daerah atau bahkan pada bahasa-bahasa asing yang dipelajari. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi masyarakat Indonesia sebagai pemilik bahasa agar dapat memperhatikan sistem bunyi dan tulisan bahasa Indonesia, jika mereka menggunakannya untuk kepentingan terkait tema ini.