BAHASA BELE-BELE (STUDI RAGAM BAHASA INFORMAL DI PULAU NIAS)
Keywords:
bahasa Nias, bahasa Indonesia, bahasa informal, bahasa bele-bele, masyarakat NiasAbstract
Sejak awal Masyarakat Nias sudah mengenal dua bahasa yaitu Li Niha Yöu (Bahasa Nias Utara) dan Li Niha Raya (Bahasa Nias Selatan) namun masih terjadi pro dan kontra. Namun barulah berdasarkan penelitian Zagötö (2018) benar-benar terjelaskan bahwa Bahasa yang dipakai oleh masyarakat Nias terdiri dari dua bahasa yaitu Bahasa Nias Utara dan Bahasa Nias Selatan dengan subdialek yang mengikutinya. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa formal dan informal yang digunakan oleh masyarakat Nias. Selain itu, masyarakat Nias memiliki bahasa informal yang lain disebut dengan bahasa bele-bele. Namun bila ditanyakan kepada masyarakat Nias apakah definisi, penggunaan dan pola bahasa bele-bele tersebut mereka tidak terlalu dapat menjelaskannya dengan baik. Melalui studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, peneliti tertarik untuk mendapatkani 1) definisi bahasa bele-bele 2) pola pecampuran bahasa dalam bahasa bele-bele 3) ranah penggunaan bahasa bele-bele. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara tidak terstuktur dan observasi. Lalu melalui tiga langkah analisis data yaitu yaitu reduksi data, penyajian data dan pengambilan keputusan dan verifikasi. Hasil yang didapatkan yaitu: bahasa bele-bele adalah bahasa yang di dalamnya bercampur bahasa Indonesia dan unsur-unsur bahasa Nias. Bahasa ini digunakan dalam dialog atau komunikasi secara informal oleh masyarakat Nias. Bahasa bele-bele ini digunakan kebanyakan dalam ranah keluarga, kekerabatan, ketetanggaan, pertemanan serta pendidikan. Adapun pola pencampuran bahasa dalam bahasa bele-bele yaitu ada dua pola yaitu: 1) pola yang pertama adalah percampuran Bahasa Indonesia dengan frase, klausa dan partikel 2) bercampurnya kosakata dalam kalimat bahasa Indonesia dengan struktur kalimat dan intonasi bahasa Nias. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa bahasa bele-bele sesungguhnya adalah bahasa yang baru yang dimunculkan oleh masyarakat Nias. Bahasa baru ini dipergunakan secara umum oleh masyarakat Nias sebagai bahasa informal. Bahasa bele-bele diturunkan satu generasi ke generasi lainnya. Proses ini serupa dengan proses munculnya bahasa pijin menjadi bahasa creole. Saran yang dapat diberikan bahwa penerapan bahasa bele-bele tidak perlu dibendung namun perlu dibatasi hanya dalam ranah yang menggunakan ragam bahasa santai dan ragam bahasa akrab. Karena bahasa bele-bele merupakan salah satu identitas dari masyarakat Nias.