BAGAIMANA IMPLIKASI YANG DITIMBULKAN DARI TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA
DOI:
https://doi.org/10.25170/kolita.22.5987Keywords:
implikasi, wayang golek, tindakan pengancaman mukaAbstract
Muka merupakan aspek penting dalam proses interaksi manusia. Muka dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai (Sukmawan 2022). Konsep mengenai muka ini penting dalam hal yang berhubungan dengan kesantunan berbahasa (Brown and Levinson 1987). Hal senada juga diungkapkan Goffman (1967) bahwa konsep muka dianggap sebagai sebuah nilai sosial yang diinginkan dalam kontak percakapan yang berkenaan dengan kesantunan bahasa. Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa konsep mengenai muka ini bersifat universal, yang pada dasarnya ada berbagai tuturan yang merupakan kecenderungan suatu tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut dengan tindakan mengancam muka. Tindakan yang mengancam muka tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu tindakan yang mengancam muka positif dan tindakan yang mengancam muka negatif. Tindakan pengancaman muka ternyata dapat menimbulkan implikasi. Culpeper (1996) dan Rahmansyah et al. (2020) mengemukakan bahwa tindakan pengancaman muka dapat menimbulkan konflik. Selain itu, pengancaman muka juga dapat menimbulkan sikap emosional yang membuat malu lawan tutur (Oeldorf-hirsch et al. 2017). Menarik untuk dicermati bahwa tindakan pengancaman muka akan menimbulkan implikasi-implikasi lainnya. Makalah ini bertujuan mendeskripsikan implikasi tindakan pengancaman muka negatif dan muka positif dalam pertunjukan wayang golek. Implikasi yang terjadi akibat tindakan pengancaman muka negatif yakni adanya penolakan, persetujuan, tantangan, penerimaan, dan berdiam diri. Adapun implikasi yang terjadi akibat tindakan pengancaman muka positif adalah adanya konfermasi, paksaan, ketidakterimaan, ketidakpercayaan, dan ketidakpedulian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode simak yang merupakan metode dalam penyedian data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa khususnya pada percakapan tokoh dalam cerita pertunjukan wayang golek. Adapun untuk tekniknya dilakukan teknik sadap, teknik rekam, dan teknik catat. Data-data yang dibutuhkan diperoleh dari cerita pertunjukan wayang golek yang bersifat pakem yaitu: Sukma Sajati, Sayembara Dewi Kunti, Trijaya Sakti, dan Dorna Gugur dan yang bersifat sempalan yaitu: Dawala Jadi Raja dan Cepot Rarabi.