GAYA BAHASA MENGKRITIK DEBAT PUBLIK PASANGAN CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Authors

  • Zona Rida Rahayu Univesitas Mahaputra Muhammad Yamin

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.22.5998

Keywords:

Gaya Bahasa Mengkritik, Eufemisme, Satire, Sinisme, Konteks Komunikasi

Abstract

Penelitian gaya bahasa mengkritik di dalam debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia tahun 2024 dilatarbelakangi oleh sikap berbahasa elit politik Indonesia saat berkomunikasi tidak mengungkapkan maksud ujaran secara langsung. Pasangan calon presiden menyembunyikan maksud ujaran, sehingga para pendengar kesulitan bahkan keliru menafsirkan maksud ujaran. Penelitian ini akan menelah tentang gaya bahasa mengkritik di dalam debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia pada Selasa 12 Desember 2023 lalu. Telaah penelitian ini menggunakan teori AWK yaitu teori Michel Foucault. Foucault menjelaskan definisi dari wacana beserta dengan potensi politik dan kaitanya dengan kekuasaan, wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kancah relasi kekuasaan. Antara wacana dan kekuasaan memiliki hubungan timbal balik, seperti yang dikatakan Foucault, elemen taktis yang sangat terkait dengan kajian strategis dan politis, tapi tentu saja istilah politik di sini tidak selalu berarti faktor-faktor pemerintahan, segala sesuatu yang menghegemoni baik itu secara kulturul maupun secara idiologis sebenarnya memiliki konstruksi politisnya sendiri. Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan bentuk gaya bahasa mengkritik di dalam debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia (2) konteks komunikasi gaya bahasa mengkritik di dalam debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia. Pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi komunikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah (1) mendengarkan secara keseluruahn debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia pada Selasa 12 Desember 2023, (2) menginventarisasi bentuk gaya bahasa mengkritik debat publik putaran pertama Pasangan Calon Presiden Indonesia, (3) mengklasifikasikan gaya bahasa mengkritik berdasarkan bentuk, (4) mengklasifikasikan gaya bahasa mengkritik berdasarkan berdasarkan kontek komunikasi, (5) melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan teori AWK Michel Foucault. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ada tiga bentuk gaya bahasa mengkritik yang digunakan pasangan calon presiden saat berkomunikasi dalam debat publik tersebut. Gaya bahasa mengkrtiki ini adalah sinisme, satire, dan eufemisme. Dari ketiga bentuk gaya bahasa mengkritik ini yang lebih dominan digunakan oleh pasangan calon adalah gaya bahasa mengkritik berbentuk satire. Hal ini digunakan untuk melindungi kedua mitra tutur tersebut dalam bekomunikasi baik penutur dan petutur. Dalam debat ini ada kecenderungan mengungkapkan maksud ujaran secara tidak langsung. Selanjutnya, konteks komunikasi gaya bahasa mengkritik adalah higt dan low Context Culture. Higt Context Culture, digunakan penutur untuk menghormati dan menghargai sesama pasangan calon. Low Context Culture gaya bahasa mengkritik digunakan untuk mengungkapkan maksud ujaran secara langsung, sehingga mitra tutur dapat menangkap maksud ujaran secara langsung.

Downloads

Published

2024-09-28
Abstract views: 35 | PDF downloads: 20