Redesain Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Perusahaan Jasa Pengangkutan Sesuai dengan Peraturan dan Limbah yang Dihasilkan
DOI:
https://doi.org/10.25170/jpk.v1i03.6461Keywords:
Redesign Temporary Shelter, Hazardous Waste, Management Hazardous WasteAbstract
This study focuses on optimizing the construction of a Temporary Storage Facility (TSF) for Hazardous and Toxic Waste (HTW). Activities carried out in all industries can generate both HTW and non-HTW. The management of HTW in Indonesia is regulated under Government Regulation No. 22 of 2021. HTW management includes storage, collection, transportation, utilization, treatment, and final disposal. This study was conducted in three stages: the preparation stage (literature review, creation of interview forms, creation of observation forms, and determination of respondents), primary data collection, and secondary data collection. Data interpretation was derived from the calculation results of the HTW Temporary Storage Facility and the design of the HTW Temporary Storage Facility. Based on results, it was found that the planned HTW TSF would have dimensions of 4 m x 3.5 m x 4 m.
References
1. Bapedal. (1995). Keputusan Kepala Bapedal No. 01 Tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun. Jakarta, Indonesia: Bapedal.
2. Bapedal. (1995). Keputusan Kepala Bapedal No. 05 Tahun 1995 tentang simbol dan label limbah B3. Jakarta, Indonesia: Bapedal.
3. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (1994). SNI 19–3694–1994: Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Jakarta: BSN.
4. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2002). SNI 03–1729–2002: Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. Jakarta: BSN.
5. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2001). SNI 03–6572–2001: Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung. Jakarta: BSN.
6. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2005). SNI 19–4782–2005: Palet kayu. Jakarta: BSN.
7. Damanhuri, E. (2012). Studi pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) laboratorium-laboratorium di ITB. Jurnal Teknik Lingkungan, 18(1), 12–20.
8. Priyambada, I.B, & Amelia, E.B. (2016). Studi evaluasi sistem pengumpulan, pewadahan, penyimpanan dan pengangkutan limbah padat B3 (Studi kasus PT. Phapros TBK Semarang). Jurnal Presipitasi, 1(1), 31-36.
9. Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah (PP) No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah B3. Jakarta: Sekretariat Negara.
10. Menteri Lingkungan Hidup. (2014). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2014 tentang simbol dan label limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup RI.
11. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Peraturan Menteri LHK Nomor 06 Tahun 2021 tentang tata cara persyaratan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup RI.
12. Presiden Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.
13. Wisdayana, R., Sri, F., Pangesti, P., & Ariesmayana, A. (2022). Redesain tempat penyimpanan sementara limbah B3 di Workshop PT. Purna Baja Harsco. Serambi Engineering, 7, 3102–3111.
14. Zulkifli. (2014). Pengelolaan limbah berkelanjutan. Jakarta: Graha Ilmu.