PENGGUNAAN DIALEK BALI AGA DESA TIGAWASA DALAM INTERAKSI SOSIAL MEDIA FACEBOOK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
DOI:
https://doi.org/10.25170/kolita.22.5982Keywords:
dialek, Bali Aga, Tigawasa, FacebookAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan dialek Bali Aga Desa Tigawasa dalam interaksi sosial media, khususnya di platform Facebook. Facebook telah menjadi sarana penting untuk menjaga hubungan dengan teman, keluarga, dan tetangga yang tersebar di berbagai tempat. Dialek Bali Aga Desa Tigawasa merupakan cerminan kekayaan budaya dan linguistik masyarakat Bali yang khas. Namun, keberlanjutan dan pelestarian dialek ini dapat menjadi tantangan mengingat pengaruh modernisasi dan digitalisasi yang dapat memengaruhi cara hidup dan bahasa komunitas Bali Aga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teori sosiolinguistik. Data primer berupa unggahan status, komentar, dan interaksi pengguna Facebook yang menggunakan dialek Bali Aga Desa Tigawasa. Dan data sekunder berupa literatur tentang dialek Bali Aga dan sosiolinguistik media sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Melalui penggunaan dialek Bali Aga di Facebook, penutur dapat mengungkapkan koneksi mereka dengan sesama kelompok atau komunitas masyarakat Desa Tigawasa. 2) Penggunaan dialek Bali Aga dapat memperkuat identitas bahasa, menunjukkan dan menciptakan suasana yang lebih pribadi dan otentik. 3) Penggunaan dialek di Facebook dapat digunakan sebagai bagian dari pemertahanan bahasa. 4) Penggunaan dialek Bali Aga sebagai sarana untuk menghormati bahasa tradisional serta mencegah hilangnya warisan linguistik yang sudah turun-temurun. 5) Penggunaan dialek Bali Aga Desa Tigawasa dapat menciptakan rasa keakraban dan kedekatan emosional antara pengguna, khususnya dalam percakapan atau berbagi cerita yang dikhususkan untuk komunitas tutur.
Implikasi hasil penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana media sosial memengaruhi praktik linguistik dan peran dialek dalam membangun identitas serta interaksi sosial di dunia maya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dialek Bali Aga di Desa Tigawasa tidak hanya berperan sebagai ciri identitas linguistik, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan nuansa emosional, memperkuat solidaritas kelompok, dan sebagai bentuk kreativitas verbal dalam komunikasi daring. Hal ini dapat menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut tentang pelestarian dialek lokal di era digital, serta mengembangkan strategi untuk mempertahankan kekayaan linguistik dan budaya di tengah arus globalisasi dan teknologi yang semakin pesat.