KILIR LIDAH DAN SENYAPAN PADA PRODUKSI UJARAN CALON PRESIDEN DALAM DEBAT PERTAMA CALON PRESIDEN 2024-2029: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Penulis

  • Shinta Pramesti Burhan Universitas Padjadjaran

DOI:

https://doi.org/10.25170/kolita.v23i23.7175

Kata Kunci:

psikolinguistik, kilir lidah, senyapan, debat calon presiden 2024

Abstrak

Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi yang memungkinkan interaksi sosial. Dalam lingkup linguistik, komunikasi lisan dapat mengalami berbagai hambatan, salah satunya adalah kekeliruan dalam berbicara, seperti kilir lidah dan senyapan. Fenomena ini sering muncul dalam situasi debat, termasuk dalam Debat Pertama Calon Presiden Pemilu 2024, di mana tekanan waktu, ekspektasi publik, serta dinamika debat dapat memengaruhi kelancaran ujaran para kandidat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Dardjowidjojo (2008) mengenai klasifikasi kilir lidah (kekeliruan seleksi dan asembling) dan senyapan (diam dan terisi), serta didukung oleh pandangan Kridalaksana dan Chaer tentang psikolinguistik sebagai disiplin interdisipliner yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan proses mental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena kilir lidah dan senyapan dalam produksi ujaran calon presiden dalam debat tersebut dengan pendekatan psikolinguistik. Pada masa kampanye KPU RI akan menggelar debat calon presiden dan calon wakil presiden peserta pemilu 2024 sebanyak lima kali. Berdasarkan rangkaian debat capres tersebut, penelitian ini mengambil satu video debat pertama calon presiden yang berdurasi 150 menit yang ditayangkan melalui kanal YouTube resmi KPU RI. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik simak dan catat untuk mengumpulkan data. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis kilir lidah dan senyapan serta faktor penyebabnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 106 kasus kekeliruan, terdiri dari 48 kilir lidah dan 58 senyapan yang dilakukan oleh tiga calon presiden, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Kekeliruan seleksi semantik merupakan jenis kilir lidah yang paling dominan dibandingkan dengan kekeliruan asembling, sedangkan senyapan terisi lebih sering muncul dibandingkan senyapan diam. Faktor utama yang menyebabkan kekeliruan dan senyapan dalam debat ini meliputi gugup, kurang konsentrasi, tergesa-gesa, serta penggunaan humor untuk mencairkan suasana dan mengelola tekanan debat. Penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan psikologis dalam debat politik berkontribusi terhadap produksi ujaran yang tidak lancar. Selain itu, hasil penelitian ini memberikan wawasan tentang strategi komunikasi yang digunakan oleh calon presiden dalam mengatasi hambatan linguistik di bawah tekanan waktu dan ekspektasi publik. Temuan ini juga dapat menjadi referensi dalam kajian analisis wacana dan komunikasi politik, khususnya dalam memahami pola berbicara dan respons verbal dalam situasi debat yang kompetitif.

Diterbitkan

2025-09-18