KERAGAMAN BAHASA MANDOBO DI PAPUA SELATAN: KAJIAN RAGAM BAHASA DAN KESALINGMENGERTIAN
DOI:
https://doi.org/10.25170/kolita.22.5970Kata Kunci:
Keragaman, Dialektologi, Kesalingmengertian, Partisipatoris, LeksikalAbstrak
Studi linguistik, seperti dialektologi dan analisis tingkat kesalingmengertian, menjadi aspek penting dalam mengidentifikasi batasan dan ragam-ragam bahasa dari suatu komunitas tutur. Penelitian terkait dialektologi juga masih jarang dilakukan di Papua, salah satunya di komunitas penutur Mandobo Atas [aax] dan Mandobo Bawah [bwp] di kabupaten Boven Digoel. Kemudian, istilah Mandobo sebagai nama bahasa juga perlu dikonfirmasi lagi ke masyarakat (Farneubun 2002). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memahami fenomena-fenomena tersebut. Bahasa Mandobo secara linguistik diklasifikasikan ke dalam rumpun bahasa Trans-New Guinea dan tergabung dalam sub-keluarga Dumut bersama dengan bahasa lain seperti Ketum [ktt], Kombai [tyn], Wanggom [wng], dan Wambon [wms]. Penelitian ini mendalami ragam-ragam dalam Bahasa Mandobo berdasarkan topografi linguistik dan mengeksplorasi kesalingmengertian diantara ragam-ragam tersebut. Metode diskusi partisipatoris (Hasselbring 2012), seperti Pemetaan Dialek dan daftar pertanyaan-pertanyaan sosiolinguistik digunakan untuk melihat ragam bahasa dan kesalingmengertian. Serta, didukung oleh analisis leksikostatistik (Smith 1984) untuk mencari tahu tingkat kemiripan leksikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, menurut masyarakat, bahasa Mandobo memiliki nama lain, yaitu bahasa Wambon walapun Wambon sendiri sudah memliki ISO code yaitu [wms] yang merujuk pada bahasa Wambon Kenon, Kenyam. Bahasa Mandobo terbagi menjadi dua bahasa: 1) Mandobo Atas, dengan dialek Kokenop/ Kohonope dan Agayop; 2) Mandodo Bawah-Tengah, dengan dialek Bawah dan Tengah. Dialek Bawah memiliki nama lain yaitu Tekamerop dan dialek Tengah memiliki sub-dialek Lugela dan Lugerah. Pembagian ini didasarkan pada tingkat kesalingmengertian. Kesalingmengertian terjadi antara Mandobo Bawah dan Mandobo Tengah, sementara antara Mandobo Atas dengan Mandobo Bawah maupun dengan Mandobo Tengah tidak. Selain itu, tidak terdapat kesalingmengertian antara Bahasa Mandobo Atas maupun Bawah dengan sub-keluarga Dumut lainya. Kesamaan leksikal antara Mandobo Bawah dan Tengah tertinggi adalah 79% (Farneubun 2022). Sementara, antara Mandobo Atas dan Bawah 66%, Mandobo Atas dan Tengah 60%. Persentase kemiripan leksikal Mandobo Atas dan Bawah-Tengah dengan sub-keluarga Dumut lainnya paling tinggi adalah 49%. Dengan demikian, hasil ini mendukung kesimpulan kesalinganmengertian bahasa pada analisis pemetaan dialek dan pertanyaan sosiolinguistik. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pemahaman dan pelestarian bahasa-bahasa lokal di Papua.