Bingkai-Bingkai Akal Budi
DOI:
https://doi.org/10.25170/respons.v19i01.429Abstract
Tiga puluh dua tahun lalu, seorang professor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Howard Gardner menulis buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence (1983). Saat itu hampir semua orang menyangka bahwa intelligensi sama dengan IQ. Padahal IQ merupakan singkatan dari Inteligence Quotient, suatu alat ukur yang mengukur inteligensi. Intelligensi itu sendiri disamakan dengan kecerdasan. Orang yang berIQ tinggi dipandang sebagai orang yang mempunyai banyak kesempatan untuk berhasil. Sementara orang yang berIQ rendah adalah yang memiliki keterbatasan untuk berhasil.Buku tersebut membuka mata banyak orang bahwa intelligensi itu bukanlah sematamata dan bukanlah hanya intelligensi umum (logis matematis) sebagaimana diukur oleh Tes IQ. Tes IQ tidak secara secermat mengukur potensipotensi diri seseorang. Lionel Messi (28 tahun) pesepakbola yang menjadi idola amat banyak anak sedunia – barangkali memiliki hasil Tes IQ yang rendah, namun dalam bidang yang digelutinya, sepak bola, ia digadanggadang oleh para komentator dan ahli sepak bola sebagai seorang yang genius. Sampai saat ini belum ada pesepak bola yang menyamainya dalam gelar Pesepak Bola Terbaik Sejagat. Messi sudah menggondol gelar tersebut sebanyak empat kali. Kemungkinan besar ia juga akan menggondolnya untuk yang kelima kali.Published
2014-07-10
How to Cite
Lengkong, F. (2014). Bingkai-Bingkai Akal Budi. Respons: Jurnal Etika Sosial, 19(01), None. https://doi.org/10.25170/respons.v19i01.429
Issue
Section
Articles