Pengaruh Akulturasi Tionghoa & Jawa Dalam Perkembangan Bisnis di Semarang
DOI:
https://doi.org/10.25170/respons.v20i02.548Keywords:
akulturasi, budaya Tionghoa, budaya Jawa, sejarah, bisnis, acculturation, Chinese culture, Javanese culture, history, businessAbstract
Kedatangan para pedangan Cina yang dipimpin laksama Chen Ho di
Semarang pada tahun 1412 membuktikan bahwa peristiwa mempengaruhi perbauran
budaya Cina dan budaya Jawa. Hubungan perdagangan yang terjadi ketika itu masih
berlanjut hingga sekarang. Para pendatang Cina belakangan ke Jawa memutuskan
menetap. Mereka disambut penduduk setempat tetapi karena perbedaan budaya
para pendatang Cina itu hidup dalam komunitasnya sendiri yang dikenal sebagai
Pecinan. Dalam komunitas pecinan itu, para imigran Cina memperlihatkan ethos
kerja keras. Mereka mulai bekerja dari jam delapan pagi hingga jam lima sore. Dengan
kerja keras mereka memberi pengaruh pada masyarakat asli yang melihat bahwa
kesejahteraan keluarga dapat dicapai melalui kerja keras dalam bisnis. Tujuan paper
ini memperkenalkan inkulturasi sebagai hasil generasi immigrant Cina yang lahir dan
menetap di Indonesia sebagai warga negara Indonesia yang dikenal dengan nama Cina
Peranakan.
The coming of Chinese traders led by Laksamana Cheng Ho in Semarang
in 1412 Masehi proved that there were cultural interchanges between Chinese culture
and local culture of the Javanese. Trading relationship was established during that
time and such relationship still exists today. The next coming of Chinese to Java
decided to stay as permanent residents. They were welcome to stay but because of
cultural differences they lived exclusively in a community called Pecinan. In their
communities, Chinese immigrants revealed an ethos of hard working. They usually
start working from 08.00 Oclock AM to 17.00 Oclock PM. By hard working, Chinese
immigrants influence the way native Javanese learn how to develop family wealth
through business. This paper aims to introduce inculturation between Chinese culture
and Javanese culture which is the achievement of the generation of Chinese who born
and live and as Indonesian citizen known as Cina Peranakan.
References
Djawatan Penerangan Kota Besar Semarang, 1953. Kota Besar Semarang.
Djie, Liem Twan, 1995. Perdagangan Perantara Distribusi Orang-orang Cina di Jawa Suatu
Studi Ekonomi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
______., 1995. Perdagangan Distribusi Orang-orang Cina Di Jawa. Suatu Studi Ekonomi,
Jakarta: Gramedia.
Hardhono, Susanto. 2007. Serba Serbi Semarangan, The Variety of Semarang, Semarang:
Mission Media.
Hartono Kasmadi, Wiyono, 1985. Sejarah Sosial Kota Semarang (1900-1950), Jakarta:
Depdikbud.
Irsyam, Tri Wahyuning M., 1985. Golongan Etnis Cina sebagai Pedagang Perantara di
Indonesia (1870-1930), Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Nasional.
Jawahir, Muhammad (editor), 1996. Semarang Sepanjang Jalan Kenangan, Semarang:
Kerjasama Dati II Semarang, Dewan Kesenian Jawa Tengah, Aktor Studio
Semarang.
Joe, Liem Thian, 1933. Riwayat Semarang,: Dari Zamannya Sampo Sampai Terhapusnya
Kongkoan, Semarang-Batavia: Boekhandel Ho Kim Yoe.
Lan, Nio Joe 1961. Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, Jakarta: Keng Po.
Liem, Yusiu, 2000). Prasangka Terhadap Etnis Cina, Evaluasi 33 Tahun di Bawah Rezim
Soeharto. Jakarta: Djambatan.
Martin, Jacques, 2011. “When China Rules The World: The Rise of the Middle Kingdom
and the end of the Western World”.a.b, Ketika Cina Menguasai Dunia: Kebangkitan
Dunia Timur dan Akhir Dunia Barat, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Suryo, Djoko, 1989. Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900, Yogyakarta:
PAU UGM.
Z. M, Hidajat, 1977. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia, Bandung: Tarsito.
Wijono, Radjimo Sastro. “Permukiman Rakyat di Semarang Abad XX: Ada Kampung
ramah Anak”. Dalam Freek Colombijn (Ed). 2005. Kota Lama Kota Baru,
Sejarah Kota-Kota di Indonesia, Yogyakarta: Ombak dan NIOD.