“Wasis Lantip Waskita” Tataran Etika Epistemik Jawa: Reinterpretasi dan Relevansi Gagasan Ki Ageng Suryomentaram
DOI:
https://doi.org/10.25170/respons.v21i02.440Abstrak
For Javanese Community truth is not only the problem of reason which is coped with the logical arguments. Ultimately, truth is the problem of rasa or raos/soul. Truth in this sense has a pragmatic meaning as revealed in the statement: Sejating kayu iku kayu jati which means, truth is like the core of teak wood which can be used as stick to help people walk and pursue life.Galih, life, rasa, rasionality, truthUntuk memahami kebenaran, masyarakat Jawa tidak hanya mengandalkan rasionalitas atau sekedar berpikir, tapi rasa atau raos, bahkan penggalih. Dari kata “galih” inti dari kayu. Sejatining kayu iku kayu jati, galih jati itu bagian inti dari sejatining kayu yangkeras dan kuat. Galih Jati sering dipakai untuk membuat teken atau tongkat, alat untuk membantu melangkah dan berjalan. Dengan bertongkatkan kebenaran yang dibantu dan ditemukan dengan cara menggalih, membantu dalam melangkah dan berjalan meniti kehidupan.Galih, kebenaran, kehidupan, rasa, rasionalitasDiterbitkan
2016-12-01
Cara Mengutip
Zubair, A. C. (2016). “Wasis Lantip Waskita” Tataran Etika Epistemik Jawa: Reinterpretasi dan Relevansi Gagasan Ki Ageng Suryomentaram. Respons: Jurnal Etika Sosial, 21(02), None. https://doi.org/10.25170/respons.v21i02.440
Terbitan
Bagian
Articles