Resiliensi pada Remaja Perkotaan yang Menjadi Korban Bullying
DOI:
https://doi.org/10.25170/perkotaan.v10i1.307Keywords:
Resiliensi, Bullying, Remaja perkotaanAbstract
Bullying adalah perilaku negatif dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, atau psikologis yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk menyakiti, melukai, dan merugikan orang lain. Dilihat dari aspek sosial budaya, bullying dipandang sebagai wujud rasa frustasi akibat tekanan hidup dan hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Lingkungan perkotaan terutama memiliki ciri lebih keras dibandingkan dengan lingkungan pedesaan dimana anak dapat meniru tontonan-tontonan kekerasan yang disuguhkan melalui media teknologi visual yang berkembang pesat dan interaksi individu dengan lingkungannya. Penindasan tersebut menciptakan dampak yang dirasakan oleh remaja sebagai korban bullying yang merasa tidak berdaya, terintimidasi, dan terhina melalui perbuatan agresif. Berkaitan dengan fenomena tersebut, remaja di perkotaan perlu memiliki resiliensi agar mampu bangkit dari keterpurukannya dan menata masa depan yang lebih baik. Resilensi adalah kapasitas yang dimiliki oleh remaja untuk mengatasi situasi-situasi kekerasan atau kesengsaraan yang dialami dalam hidupnya. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dan termasuk kedalam penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan Connor-Davidson Resilience Scale yang terdiri dari 25 butir pernyataan yang telah disebarkan kepada 45 responden yang dipilih dengan metode purposive sampling. Analisa data menggunakan teknik statistik deskriptif. Hasil penelitian digunakan sebagai masukan bagi pemerintah, institusi pendidikan, orang tua, guru, dan remaja itu sendiri dimana resiliensi dapat mengurangi dampak psikologis yang ditimbulkan akibat bullying dan membantu korban bullying lebih berdaya dalam mengatasi situasi kekerasan.