Titik Balik Evolusi Budaya Air Langit dengan Budaya Sains Eksperimental Air Langit (BSEAL)

Authors

  • Vincentius Kirjito

DOI:

https://doi.org/10.25170/perkotaan.v9i2.344

Keywords:

air hujan, anugerah alam, budaya air langit, budaya sains eksperimental

Abstract

Budaya air langit merupakan sebuah pemikiran, kreativitas dan tindakan manusia terhadap salah satu  kekayaan alam khas planet bumi beriklim tropis yaitu Air dari Langit yang umumnya disebut Hujan, Air Hujan. Pemikiran ini menjadi penting karena kreativitas tindakan yang berasal dari manusia sebagai mahluk yang berakal budi. Sementara itu, makhluk tak berakal budi (binatang, tumbuhan, bakteri, virus, tanah, batu dsb) menerima apa adanya saja. Hidup cukup menurut kodratnya saja. Bagaimana dengan manusia itu sendiri? Manusia sebagai mahluk berfikir memiliki nalar dan kreativitas dalam melihat fenomena alam, contohnya fenomena alam tentang hujan dan air hujan.

Kreativitas dan tindakan manusia juga ditimbulkan atas berbagai pengalaman dan interaksi manusia itu sendiri dengan alam. Hujan sebagai fenomena dan fakta menimbulkan pertanyaan mengapa hujan terjadi. Nalar manusia seperti yang sudah disebut sebelumnya denga interaksinya dengan manusia lain yang dulu jumlah populasinya tidaklah banyak seperti sekarang memberikan pemahaman bahwa air sumber pangan di alam lebih dari cukup.

Budaya hidup pindah sana pindah sini (nomaden) di era terdahulu juga menjadi salah satu faktor bagaimana inovasi pemanfaatan kekayaan alam terbatas, yang kemudia di era kini dengan terpaparnya budaya literasi (mengenal huruf) memunculkan berbagai perkembangan teknologi guna menciptakan teknik bangunan, kesehatan yang “kekinian” hingga mimpi-mimpi masa depan hidup di luar planet bumi ini. Contohnya, perkembangan revolusi industri di abad ke-17 hingga sekarang, revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menigkatnya era peradaban digital sekarang ini.

Pengalaman manusia dengan alam yang mengalami perkembangan dari era ke era dapat dilihat juga dalam perkembangan eksplorasi kekayaan alam. Contohnya, kekayaan alam cahaya Matahari misalnya. Manusia terpelajar mengambilnya. Para insinyur teknik bangunan (rumah, gedung) dan arsitek mengatur sedemikian rupa masuknya cahaya ke dalam gedung, rumah, sehingga memenuhi kebutuhan mata melihat, membaca dan sebagainya, bahkan membawa keindahan tata cahaya. Kekayaan air di dalam tanah, sungai, danau diambil dengan timba atau mesin pompa untuk kebutuhan minum, masak makanan, mandi, mencuci setiap hari. Contoh lain adalah mengeplorasi Kekayaan tanah atau (kesuburan tanah) yang sangat dipergunakan oleh petani untuk menghasilkan pangan bagi semua. Begitu pula dengan Kekayaan tambang dalam perut bumi yang dieksplorasi dan eksploitasi dengan teknik tinggi oleh para insinyur pertambangan dengan bayaran mahal oleh industri kapitalistik, seperti tambang emas, besi, batubara, minyak dan lain-lain. Tidak kalah pentingnya perkembangan Kekayaan alam di udara, yaitu angin, oksigen yang sudah dengan sendirinya semua makhluk, teristimewa manusia menghirupnya sepanjang hidupanya secara terus menerus. Oksigen di udara ini paling banyak dihasilkan oleh hutan dan tumbuh-tumbuhan menyerap CO2 (Karbon monoksida) dan membuang O2 (oksigen). Para arsitek pun mengatur sedemikian rupa sebuah bangunan rumah agar udara, oksigen selalu mengalir dan berganti sehingga penghuninya merasa nyaman dan sehat. Bahkan oxigen itu dikemas menjadi komoditi kesehatan.

Downloads

Published

30-03-2019

How to Cite

[1]
V. Kirjito, “Titik Balik Evolusi Budaya Air Langit dengan Budaya Sains Eksperimental Air Langit (BSEAL)”, j. perkota., vol. 9, no. 2, pp. 101–115, Mar. 2019.

Issue

Section

Original Articles
Abstract views: 187 | PDF downloads: 194