PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI ORAL PESERTA DIDIK DISABILITAS RUNGU DI SMPLB TUNARUNGU PANGUDI LUHUR JAKARTA BARAT
DOI:
https://doi.org/10.25170/psikoedukasi.v22i2.6149Kata Kunci:
peran guru BK, mengembangkan komunikasi oral, peserta didik disabilitas runguAbstrak
Peneliti menemukan fenomena mengenai adanya hambatan yang dialami guru BK dalam berkomunikasi secara oral dengan peserta didik disabilitas rungu ketika berinteraksi dengan mereka, termasuk ketika guru Bimbingan Konseling melaksanakan layanan konseling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami guru Bimbingan Konseling dalam berkomunikasi secara oral dengan peserta didik disabilitas rungu dan mengetahui peran guru Bimbingan Konseling dalam mengembangkan sistem komunikasi oral peserta didik disabilitas rungu. Penelitian ini dilakukan di SMPLB Tunarungu Pangudi Luhur Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian mengenai hambatan yang dialami guru BK adalah kemampuan guru Bimbingan Konseling dalam memahami pesan yang disampaikan oleh peserta didik disabilitas rungu dan hambatan dalam menyampaikan gagasan, ide kepada peserta didik disabilitas rungu. Hasil mengenai peran guru BK dalam mengembangkan komunikasi oral adalah membiasakan peserta didik disabilitas rungu untuk mengulang ucapannya dengan artikulasi yang jelas dan bersuara, memberikan akses komunikasi oral, membetulkan kesalahan-kesalahan dalam ucapan dengan pola bahasa yang benar, memberikan latihan membaca ujaran, terbuka kepada peserta didik, sabar dan berempathy serta memberikan penguatan positif. Peran guru Bimbingan Konseling sebagai fasilitator, mediator, demonstrator, membantu mengembangkan komunikasi oral sesuai dengan kebutuhan peserta didik disabilitas rungu. Saran kepada orangtua diharapkan adanya kerja sama dengan pihak sekolah. Saran kepada guru BK mengenai peran guru BK dalam mengembangkan komunikasi oral pada peserta didik disabeliatas rungu adalah membiasakan untuk berkomunikasi secara oral dengan jelas dan memberikan pelatihan berkomunikasi oral dalam proses konseling, di samping diperlukan adanya kerja sama dengan staf sekolah untuk memaksimalkan pengembangan komunikasi oral peserta didik disabilitas rungu. Saran kepada kepala SMPLB dapat memberikan pelayanan pelatihan berkomunikasi secara oral kepada para peserta didik disabilitas rungu secara terstruktur dan terprogram. Saran kepada prodi BK, terutama pada pendalaman mata kuliah Pendidikan Inklusi diharapkan terdapat pembelajaran dan pembahasan mengenai peran guru BK dalam mengembangkan komunikasi oral bagi peserta didik disabilitas rungu.
Referensi
Angelia Widyastuti, P., & Widiana, I. W. (2020). Analisis Peran Tutor Sebaya Terhadap Sikap Sosial Siswa Tuna Rungu. Journal of Education Technology, 4(1), 46–51. Diakses dari https://doi.org/10.23887/jet.v4i1.24083.
Ayulianti, B., H.R & N.M. (2021). Metode Pembelajaran Dalam Mengembangkan Interaksi Sosial. Jurnal Literasi Pendidikan Dasar, 2(1), 23-30. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/408782-metode-pembelajaran-dalam-mengembangkan-05c732ea.pdf
Bintoro, Totok. (2010). Kemampuan Komunikasi Anak Tunarungu. Perspektif Ilmu Pendidikan, 22. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/259570-kemampuan-komunikasi-anak-tunarungu-20f1f6b0.pdf
Deis Sepriani. (2010) Pengembangan Komunikasi Verbal Pada Anak Tunarungu. Jurnal Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus, 10(2), 124. Diakses dari https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/view/3916/2798
Dowaliby, F.J., Burke, N.E., & Mckee, B.G. (1983). A Comparison of Hearing-Impaired And Normal Hearing Students Locus Of Control, People Orientation, And Study Habits And Attitudes. American Annals of the Deaf, 128(1). Diakses dari https://bit.ly/JSTORJournal3DfSj1J
Duarte, I., Santos, C.C., Rego, G., & Nunes, R. (2016). School Failure in Students Who Are Normal-Hearing or Deaf: With Or Without Cochlear Implants. SpringerPlus 5, 237. Diakses dari https://doi.org/10.1186/s40064-016-1927-9
Hernawati, Tati. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, 7(1). Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196302081987032-TATI_HERNAWATI/jurnal.pdf
Lemke, Ulrike & Scherpiet, S. (2015). Oral Communication in Individuals With Hearing Impairment Cnsiderations Regarding Attentional, Cognitive And Social Resources. Frontiers in psychology, 6, 998. Diakses dari https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.00998
Nasihudin dan Hariyadin. (2021). Pengembangan Keterampilan dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(4). Diakses dari https://doi.org/10.59141/japendi.v2i04.150
Nofiaturrahmah, F. (2018). Problematika Anak Tunarungu Dan Bagaimana Cara Mengatasinya. Quality, 6(1), 1-15. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/343505307_PROBLEMATIKA_ANAK_TUNARUNGU_DAN_CARA_MENGATASINYA#full-text
Nugroho, Gregorius Bambang. (2022). Asesmen dan Intervensi Pendidikan Bagi Siswa Dengan Hambatan Pendengaran. Jurnal pendidikan, psikologi, dan konseling, 20(1), 45-52. Diakses dari https://doi.org/10.25170/psikoedukasi.v20i1.3423
Permanarian, Somad dan Hernawati, Tati. (1996). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta: Ditjen Dikti. Diakses dari: http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=780
Rauzanna. R., Bunyamin dan Fitri. M. (2023). Kinerja Guru BK Dalam Mengatasi Kesulitan Berkomunikasi Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri Pidie. Jurnal Psiko-Konseling, 1(1), 4-7. Diakses dari https://journal.unigha.ac.id/index.php/JPk/article/view/1235
Rezieka, Dara.G, dkk. (2021). Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus dan Klasifikasi ABK. Jurnal Pendidikan Anak, 7(2), 41. Diakses dari https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/viewFile/10424/5810
Riswani dan Diniaty, Amirah. (2008). Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru: Suska Press.
Sadja’ah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Mendengar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Diakses dari: http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=2600
Saputri, A. (2017). Analisis Pola Komunikasi Pada Siswa Tunarungu Di Smalb Asih Kota Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 6(6). Diakses dari https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/20321/16655
Solikhatun. Yanuar Umi. (2013). Penyesuaian Sosial Pada Penyandang Tunarungu di SLB Negeri Semarang. Educational Psychology Journal, 2(1). Diakses dari https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj/article/view/2588
Sri, Aninditya, dkk. (2021). Optimalisasi Penggunaan Bahasa Isyarat Dengan SIBI dan BISINDO Pada Mahasiswa Difabel Tunarungu Di Prodi PGMI UIN Sunan Kalijaga. Holistika: Jurnal Ilmiah PGSD, 5(1), 305. Diakses dari https://doi.org/10.24853/holistika.5.1.28-33
Sunarya, P.B., Irvan, M & Dewi, D.P. (2018). Kajian Penanganan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 11-19. Diakses dari https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1617
Wijaya, I.K. (2017). Proses Komunikasi Interpersonal Bawahan Tuna Rungu-Wicara Dengan Atasanya (Supervisor) Di Gunawangsa Hotel Manyar Surabaya, Jurnal E-Komunikasi, 7. Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/185819-ID-proses-komunikasi-interpersonal-bawahan.pdf
Yasin, M.I & Apsaro, N.C., (2020). Pembinaan Orang Dengan Disabilitas Rungu Untuk Mendapatkan Pekerjaan. Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(2). Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/343634153_PEMBINAAN_ORANG_DENGAN_DISABILITAS_RUNGU_UNTUK_MENDAPATKAN_PEKERJAAN/fulltext/5f35398192851cd302f18015/PEMBINAAN-ORANG-DENGAN-DISABILITAS-RUNGU-UNTUK-MENDAPATKAN-PEKERJAAN.pdf